Gelanggang, ba’da ashar….

Setelah shalat ashar di maskam, menuju gelanggang bersama Arwin, Ketua JS 1432 H. Di sana sudah hadir Pak Muslih Zaenal Asikin, Pak Zulkifli Hasan (Anggota DPR RI), Pak Darish (Komisaris PT Kereta API), Pak Hernot (Dosen UNS), Pak Fauzan (kalau tidak salah), jauh-jauh dari Palembang, Andi Prabowo (Ka. JS 1427 H, Biro Hukumnya Astra), juga beberapa temen2 JS yang asyik mempersiapkan acara. Beragam foto jaman dulu JS, berbaris mengisi bagian utara Gelanggang.

Di bagian selatan, Spanduk tentang reuni dan syawalan dibentangkan. Sebagai latar belakang panggung mini yang berhias apa adanya. Antara utara dan selatan itu, antara rekaman jejak sejarah dan kreasi kekinian, mereka duduk sekedarnya, di atas tikar yang jauh dari kesan mewah. Bicara tentang pengalaman-pengamalan masa lalu mereka, yang selalu mencengangkan.. Dari sinilah spirit itu di teruskan..

Obrolan di lanjutkan di ruang rapat 3, atau apalah namanya. “Kita tidak dididik untuk kagum pada mereka yang bergelar doktor, tapi kita dididik untuk kagum pada mereka yang selalu membela ummat”., orasi Zulkifli Hasan dengan penuh semangat. Dari sinilah spirit itu di alirkan..

Obrolan ini menyangkut restrukturisasi Kajasha, dan menghasilkan presidium yang berjumlah 5 orang:

  1. Bapak Muslih Zainal Ashikin (pendiri sekaligus ketua JS pertama)
  2. Ust Kholid Mahmud (atau yang mewakili dari generasi beliau)
  3. Dr Yulianto Puji
  4. Miftahul Huda
  5. Rahmat Resmiyanto
Presidium ini bertugas untuk membahas dan membuat konsep Kajasha, membuat AD/ART, dan membentuk struktur Kajasha. Hasil pembahasan dan pembentukan ini akan dipresentasikan dalam Kongres Internasional Kajasha.
Agenda reuni berlanjut, gelanggang menjelang malam semakin gempita.. Dr. Yulianto Puji, Prof. Edy Meiyanto, Aprinus Salam (Dosen Sastra), Prof. Indra (Dosen Ekonomi), Pak Ghaffar, Dr. Purwadi (Rektor ISBUJA), Prof. Chairil Anwar, Pak Kusbariyanto, Ustadz Chalid Mahmud, Edy Dagadu, dan puluhan senior KAJASHA yang lain, berbincang. Di temani Mbak Kristi dan Mas Farid, alumnus Sanggar Shalahuddin, yang bernyanyi. Gelanggang menjadi magis, saat suara Mas Wahyudi Nasution, menyanyikan lagu Himne RDK.

 

(Teguh niat kami di bulan suci

Menjalankan firmanMu, Tuhan, Tuhan Allah

Generasi muda insan Islami

Memadu keindahan, iman, ilmu, dan amal

Reff:

Ramadhan di Kampus kami

Untuk menyadari

Tugas tanggung jawab kami dalam hidup ini

Dengan taqwa iman kepadaMu, Tuhan)

Dari sinilah spirit itu di alurkan..

 

Tamu istimewa malam itu adalah Bu Kuntowijoyo. Hadir beserta keluarganya. Memberikan testimoni, untuk mengenang Prof. Kuntowijoyo, sastrawan sekaligus sejarawan, juga pemikir muslim besar yang pernah dilahirkan Indonesia. Reuni dan syawalan hari itu (18 September 2011), merupakan ulang tahun Prof. Kuntowijoyo. Tapi bukan karena itu, mungkin, acara reuni ini di susupi acara “Mengenang Kuntowijoyo”. Tetapi, karena secara diam-diam, ilmuwan-ilmuwan KAJASHA, sedang mengembangkan pemikiran “Islam Profetik” nya Prof. Kuntowijoyo, untuk menjadi “Jalan Kedelapan”. Ia akan dimunculkan sebagai alternatif dari Kapitalisme yang kejam, Sosialisme yang bebal, Modernisme yang irrasional..

 

Dari sinilah sipirit itu dilahirkan..

Dari sinilah spirit itu dialirkan..

Dari sinilah spirit itu diteruskan..

Dari sinilah spirit itu dialurkan..

Ruh kita adalah pembaharuan.. Ruh kita adalah kepeloporan….

(dikutip dari tulisan Miftahul Huda dalam grup facebook Alumni_JS)

Categories: Uncategorized

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.